Resep Hidup Bahagia dan Sehat sebagai Manusia (Selesaikan Masalah, Lalu Berbahagialah)
Aku mau bagi pengalaman nih, pengalaman yang semoga nantinya menjadikan kamu lebih mengerti bagaimana itu Manusia. Pastinya Juga menjadikan kamu lebih kuat, termotivasi, dan memiliki pandangan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sedang menimpamu. Ini sangat cocok sekali dibaca oleh orang-orang yang banyak masalah kemudian putus asa, bingung mau apa, depresi, dan lain-lain.
Jadi, beberapa hari lalu aku ditanya oleh seorang Ustadz. Yeah, beliau guruku di masa kursus bahasa arab dulu. Begini Pertanyaannya;
"Selama ini saya lihat lutev ini orangnya ceria terus yah MasyaAllah, keliatan kayak nggak ada beban untuk menjalani hidup, sering buat orang lain tersenyum.
But, apa iya emang lutev sebahagia itu?
Atau (maaf) yah, lutev sebenarnya nggak sebahagia itu but dibawah happy saja semua?"
Dan jawabanku untuk Resep Hidup Bahagia dan Sehat sebagai Manusia, adalah:
Jadi gini teman-teman,
Tentu saja jawabannya ada di akhir pertanyaan. "Dibawa happy saja semuanya, apapun masalahnya."
Kita hidup ini kan untuk menikmati, juga untuk mensyukuri. Nah bentuk syukurnya bagaimana? Yaaa lutev bahagia saja dengan apapun yang lutev miliki, yang lutev alami, dan yang lutev jalani.
Setiap orang tentunya memiliki masalah, yang harus kita pikirkan adalah "Bukan seberapa berat beban masalah yg kita alami, tetapi bagaimana cara kita menyikapinya?"
Tidak semua masalah ataupun proses harus diceritakan maupun di publikasikan.
Beban lutev pasti ada, dan lebih berat dari orang yang seumuran lutev memang.
Masalah tentu saja banyak. Tapi semua itu sudah terbiasa. Dari kecil 'bapak justru lebih marah besar dengan anak yang bisanya nangis'. Dari itulah lutev belajar kuat, belajar nggak nangisan, dan cerita hanya kepada orang-orang tertentu.
Yaa, lutev hanya cerita proses/masalah ke orang-orang tertentu saja, atau bahkan orangtua lutev nggak lutev ceritakan karena nggak mau beliau kepikiran dan sedih. Sering juga, hanya bisa ceritanya sama Allah saja. Teman-teman yang lain sibuk. Selebihnya, lutev akan ceritakan semua permasalahan yang lutev alami "selagi itu sudah terselesaikan". Lutev akan bagi kebahagiaan dan pelajaran/hikmah dari permasalahan tersebut.
Singkatnya, bukankah kita akan lebih bahagia jika melihat orang lain bahagia karena kita? Benar tak? Bahagia itu benar-benar sederhana, yang mewah adalah membahagiakan orang lain.
Seperti mahfudzhot (kata-kata mutiara) berikut ini:
مَنْ أَسْعَدُ النّاسِ ؟؟
!! مَنْ أَسْعَدَ النّاسَ
(Siapa orang yang paling bahagia? Adalah orang yang membahagiakan orang lain)Semakin kita terlihat sedih, terlihat ada masalah, atau bisa kita sebut dengan terlihat tidak bahagia, itu justru akan semakin membuat banyak oang lain mengasihani kita dan mencemaskan kita. Apa enaknya kan?
Ya memang, sudah sifat manusia pada umumnya, yaitu ingin dimengerti, butuh perhatian kepada orang-orang tertentu, tapi lutev rasa itu semua hnya kesenangan sesaat. Kesenangan sementara. Kebahagiaan yang nggak banyak pahalanya juga wkwk.
Jadi tinggal pilih, mau kebahagiaan yang model bagaimana? Toh, Innallaha Ma'anaa, kan?
Nah Lutev pernah nggak sih memendam masalah dalam diri sendiri?
Pernah..
Seperti yg baru saja terjadi (tapi masalah ini sudah selesai),
Lutev sampe frustasi, depresi, psikologi terganggu, kesehatan mental berkurang, ketika banyak orang sperti teman, tetangga dan keluarga pada nanya "Kapan berangkat kuliah ke Sudan? Loh kok masih dirumah?"
It's OK! Pertanyaan tersebut mungkin bentuk kepedulian. Tapi jujur, itu mengganggu Lutev. Lutev ingin sekali dimengerti keadaannya, tapi lutev malas sekali menjelaskan (karena tidak bisa dipungkiri, kebanyakan orang bertanya "Kenapa" tapi tak benar-benar ingin tahu alasannya). Bahkan orangtua Lutev pun juga tidak mengerti perasaan Lutev yang sedang menunggu pgumuman qobul dan tak kunjung berangkat (kala itu). Hingga akhirnya terjadilah pertengkaran hebat. Sudah Lutev sakit, berat badan nurun juga, nggak pernah tidur nyenyak, eh bapak marah karena kegengsian. Bapak menyalahkan pihak instansi. Susah Lutev jelasin (padahal kita harusnya saling menguatkan bukan saling menyalahkan). Dan pembahasan marah lainnya. Lutev bingung, sudah kesal dengan orangtua, kesal dengan teman, kesal dengan keadaan, posisi lagi nggak sholat. Lutev coba chat beberapa teman Lutev yang biasa Lutev curhatin, dan apaaaa? Mereka semua off saat itu. Yaudah hanya bisa keluar ke teras, nangis sekencang-kencangnya. 2 hari nggak mau makan, masih marah, tapi masih tetap posisi berfikir. Yeah, semuanya dipendam.
Dannn Lutev emang do'a, selalu ngandalin do'a, terutama diantara adzan dan iqamah. Lutev do'a agar dikasih petunjuk sm Allah. Ternyata benar, secepat itu dikabulin. Buka IG, ada program 2 minggu kursus di salah satu Instansi di Pare, Kediri. Walaupun pembelajaran sudah dimulai, hari itu juga aku langsung pesan tiket dan daftar kursus, meski belum izin ke orangtua. Kemudian Do'a lagi, agar semoga dapat ridho, biar lebih tenang disana. Dan yeah, dikasih izin. Ada hikmahnya juga dari masalah ini, Lutev sampe sekarang jadi suka tegas dan mudah ambil kputusan, nggak plinplan. Besoknya kesana, masih memendam juga (dengan janji kepada diri sndiri bahwa akan menyembunyikan identitas dan alasan kenapa kesana lagi (ke Pare lagi). Lutev janji nggak mau fokus ke HP, kecuali pantau grup kelas, maskan, dan balas pesan orangtua. Lutev janji nggak mau balas chat siapapun kecuali tadi, agar nggak banyak yang tanya.
Kemudian masih posisi memendam.
Itupun sampai disana, belum juga ada teman yang Lutev ceritain tentang semua ini.
Dan MasyaAllah hadiahnya dari Allah indah banget, gaes. Lutev jadi punya keluarga baru (sekelas) yang istimewa walau Lutev cuma 10 hari disana. Dan seminggu kemudian, dapat pengumuman qobul dari kampus. Barulah bisa lanjut kr pengurudan Visa.
MasyaAllah nggak ada henti-hentinya bersyukur.
Tapi juga tingkatan permasalahan orang tentu saja beda-beda. Pastinya mental dan kekuatan orang dalam menjalaninya juga beda-beda. Cuma yang selalu lutev pikir, kalau dia bisa kenapa kita nggak bisa? Toh sama-sama manusia. Dan manusia itu banyak sekali di dunia ini. Yang kita alami juga dialami orang lain pastinya. Dan yang lebih parah dari kita juga banyak. Apa kita cuma mau bersedih dan mengeluh? Lutev dulu suka bagi kesedihan ke orang-orang, curhat-curhat pas sedihnya gitu, ke siapapun. Tapi seiring berjalannya waktu, sekarang lebih memilih untuk menyikapi masalah sedewasa mungkin. Dengan tetap terus bahagia. Tidak membohongi perasaan kok, tidak, itu yang Lutev alami. Buktinya, dengan Lutev hidup sperti ini Lutev masih saja terus betah? Enak-enak saja. Enjoy it. Karena selagi kita baik ke siapapun, kapanpun, dan bagaimanapun, walau itu ke musuh kita, yaaa bakalan enak-enak saja. Pasti sekeliling kita juga baik. Jadinya kalo sekeliling kita baik, pastinya setiap sedih juga ada kebaikan yang akan menjadi penghibur hati kita. Entah itu bagaimana ceritanya.
KESIMPULANNYA,
Kita ambil saja jalan tengah dari pengalamanku, bagaimana kita tetap terus bahagia menyelesaikan masalah tanpa harus menyiksa diri dengan memendam masalah. Ya, cobalah untuk bercerita kepada siapapun yang bisa menjadi sandaran untukmu. Kepada Allah itu pasti, tapi kepada seorang insan itu juga perlu. Karena terkadang kita itu ingat siapa diri kita dan bagaimana diri kita, ketika diingatkan oleh nasehat atau motivasi dari teman. Begitu, ya? Sekalipun, yang kita ceritain itu introvert person. Tak apa. Setidaknya jangan sampai kita depresi, ya?
Orang, semakin dia menjadi baik, dia akan semakin banyak cobaan. IYA.
Kita hidup, Cobaan itu akan terus ada, selalu ada.
Dan seberat apapun kamu dapat masalah/cobaan, tidak mungkin kamu tidak mampu melewatinya. Tidak mungkin kamu tidak bisa menyelesaikannya. Tidak mungkin!
Kenapa?
Karena Allah itu memberi masalah sesuai dengan kemampuan kita, sesuai dengan tingkat kehidupan kita.
Jadi, tolonglah, semangat! Kamu kuat, kamu bisa, kamu hebat! Kamu tidak akan pernah tenang, tidak akan pernah dewasa, jika kamu lari dari masalah. Tetapi kamu akan bahagia, akan tenang, akan semakin dewasa jika kamu selalu berani menyelesaikan masalah. Walaupun, setiap dari kita, tidak akan pernah lepas dari masalah.
So, SELESAIKAN MASALAH, LALU BERBAHAGAILAH!
0 Response to "Resep Hidup Bahagia dan Sehat sebagai Manusia (Selesaikan Masalah, Lalu Berbahagialah)"
Post a Comment